Kata Pengantar
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia berubah begitu cepat, ditopang oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat. Kita menyaksikan dan mengalami perubahan itu, dan kita adalah pengguna kecanggihan teknologi itu. Hari ini, kapan pun dan di mana pun serta dengan siapa pun, kita dengan mudah berbagi kabar dan informasi melalui platform-platform digital. Memesan makanan dan kebutuhan pokok tidak perlu berkunjung ke toko fisik; cukup berselancar di e-commerce.
Dengan teknologi yang semakin canggih, jarak bukan lagi kendala, dan waktu dipangkas sedemikian rupa. Penetrasi teknologi telah menembus sekat-sekat kehidupan; meleburkan antara yang-publik dan yang-private. Bahkan, teknologi membuka peluang-peluang baru sekaligus menciptakan kecemasan-kekhawatiran, tidak hanya bagi individu dan organisasi, melainkan juga bagi negara-bangsa (nation-state). Artikel Ian Bremmer berjudul The Technopolar Moment: How Digital Powers Will Reshape the Global Order (Foreign Affairs, Edisi November/Desember 2021) ini memotret bagaimana teknologi telah mendominasi sekaligus mempengaruhi segala lini kehidupan, sehingga perusahaan teknologi raksasa (Big Tech) seperti Apple, Facebook, Amazon, Alibaba dsb. memiliki peran yang sangat vital menyamai peran negara –bahkan dalam beberapa hal, Big Tech lebih berpengaruh ketimbang negara itu sendiri.
Apakah ini ancaman? Saya melihatnya sebagai peluang. Karena –seperti yang diutarakan Ian Bremmer dalam artikelnya ini— “realitas ini semakin berkembang, kemampuan untuk mengendalikannya akan semakin jauh melampuai jangkauan negara.” Untuk itu, peluang-peluang yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi harus dimanfaatkan sedemikian rupa untuk –meminjam istilah Cak Nur—mempertinggi derajat manusia beserta kemanusiaannya, alih-alih mempertinggi tingkat kecemasan-kekhawatiran kita.
Meskipun ditulis dalam konteks relasi big tech dan negara terkait pengaruh keduanya terhadap lanskap geopolitik global, namun artikel ini dapat dibaca untuk memahami kondisi organisasi kita, HMI; sejauh mana organisasi kita memanfaatkan peluang-peluang tersebut untuk kemajuan organisasi dan sejauh mana kader-kader HMI menyadari dan merespons akan perubahan yang disebabkan oleh penetrasi teknologi –apakah sekadar sebagai user yang terdisrupsi ataukah pendobrak status quo dengan inovasi dan kreativitas yang terus diasah?
Terakhir, artikel terjemahan ini memang khusus untuk internal HMI karena bagi saya penting bagi HMI untuk membuka cakrawala dalam pola pikir dan tindak secara fundamental. Mari kita persiapkan dan jemput masa depan; agar organisasi bisa menatap masa depan yang lebih cerah.
Jakarta, 26 Desember 2021
Raihan Ariatama (Ketua Umum PB HMI Periode 2021-2023)
Untuk artikel lengkapnya, silahkan unduh dengan mengklik tombol di bawah ini: